Lihatlah! Ternyata bayi pun tahu siapa yang harus dipilih!

Apa beda calon legislatif (caleg) dengan tukang sedot WC? Jawabnya, hampir susah dibedakan! Kenapa? Lihatlah sekarang di tiang-tiang listrik penjuru kampung. Foto-foto wakil rakyat itu bersaing dengan iklan sedot WC, cuci sofa, atau badut ultah.

Jadi, kalau tidak diperhatikan seksama, Andapun bisa terkecoh  bahwa foto yang tertempel itu adalah foto si tukang sedot WC, atau malahan foto badut untuk ulang tahun. Hehehe…

Hati-hati! Ternyata sepakbola bikin orang jadi homoseks! Foto-foto di bawah ini membuktikannya!!!

 

 

Tak tahu apakah saya harus bangga atau malu jika judul di atas benar-benar jadi kenyataan. Bangga lantaran kita jadi segelintir negara yang pernah menggelar perhelatan akbar sepak bola dunia. Ataukah malu karena sikap tak tahu diri PSSI yang secara lantang melamar menjadi tuan rumah tanpa melihat kondisi sepak bola bangsa ini yang sungguh-sungguh babak belur.

MUI akhirnya membuat fatwa baru tentang merokok. Batang tembakau itu hanya diharamkan untuk dihisap oleh anak, remaja, dan wanita hamil serta di tempat-tempat umum. Fatwa yang terlalu ringan jika melihat resiko kesehatan yang harus ditanggung.

Tak perlu saya jelaskan detil bahaya merokok bagi kesehatan. Itu sudah tertulis jelas di mana-mana bahkan di bungkus rokok itu sendiri. Memang bahayanya tak sehebat narkoba, tapi tetaplah dia jadi mesin pembunuh luar biasa.

Minggu kemarin saya melihat kerumunan orang di salah satu los penjualan buah di Carrefour. Pastilah ini karena sale! Jaman susah begini yang namanya turun harga alias discount tentu jadi barang langka dan selalu diburu. Lumayan bisa hemat kocek.

Spontan saya mendekat dan ikut memborong. Hari ini yang dijual murah  Jeruk Mandarin. Beberapa detik kemudian saya sudah selesai memilih buah dan menentengnya dalam beberapa bungkus plastik. Kapan lagi ada jeruk mandarin seharga 4000 rupiah sekilo?

Apa jadinya saya jika dalam satu hari tanpa televisi, laptop atau handphone? Pastilah hidup ini sunyi dan hampa. Wah..wah..wah…

Begitu tergantungnya saya dengan benda-benda itu setiap hari. Minggu kemarin, saya mencoba untuk tidak menyentuh salah satu benda yaitu laptop dalam satu hari. Tapi dari ujung handphone, teman kerjaku berteriak-teriak memprotes, “Kenapa emailku tidak segera dijawab?”

Begitu kejamnya perang! Dia tak hanya menampilkan serdadu-serdadu bengis dan alat-alat penghancur kehidupan. Tapi juga melahirkan mesin-mesin pembunuh baru yang dipenuhi dendam!

Inilah yang saya lihat pada konflik Gaza di layar kaca. Perang bakal menciptakan anak-anak yang sarat amarah dan kebencian. Bagaimana tidak? Setiap hari mereka menyaksikan saudara, orang tua, dan kawan mereka terbunuh di pembantaian.

Semenjak dulu saya memang suka sekali menggunakan sandal jepit ke mana-mana. Ini lebih karena alasan kepraktisan semata. Tak perlu repot kalau harus dibuka dan dipakai.

Masalahnya, saya hanya punya satu sandal jepit yang saya pakai ke mana-mana. Dan sandal jepit itu adalah sandal jepit usang merk swallow yang oleh sebagian besar orang dipakai untuk aktivitas di kamar mandi.

Pada senja yang diguyur hujan, saya bergegas ke bandara Soekarno-Hatta. Menerobos macetnya belantara jalan ibukota. Demi sebuah tujuan. Medan!

Memang segalanya serba buru-buru dan tanpa rencana. Ini akibat sms mendadak yang saya terima. “Istrimu kecelakaan dan akan dioperasi.” Olala!